DINAMIKAPOST.COM — Orang Indonesia umumnya makan 3 kali dengan atau tanpa diselingi camilan sebanyak 2 kali sehari. Makan dengan pola tersebut diyakini bisa mencegah gangguan lambung atau pencernaan lainnya. Namun, apakah pola makan tersebut adalah yang paling baik untuk kesehatan?
Menurut ahli diet Jansen Ongko, pola makan tiga kali sehari sebetulnya bukan satu-satunya cara menciptakan hidup sehat. Frekuensi makan bisa kurang atau lebih dari 3 kali sehari asal mencukupi kebutuhan nutrisi setiap hari. Kecukupan gizi inilah yang menjaga tubuh dan fungsi pencernaan tetap sehat.
“Mau makan 2, 3, atau 5 kali sehari sebetulnya bisa tetap sehat asal bisa mencukupi kebutuhan harian. Karena itu kita perlu lihat lagi porsi, komposisi, dan keseimbangan asupan saat makan. Makan 3 kali sehari sebetulnya kebiasaan saja, bukan pola makan yang baku,” kata Jansen pada , Jumat (11/01/2019)
Menurut Jansen, pola makan 3 kali sehari tercipta supaya seseorang tidak terlalu lapar menjelang waktu makan berikutnya. Jeda makan hanya sekitar 6-8 jam pada pola makan 3 kali setiap hari. Waktu jeda lebih lama pada yang makan 2 kali sehari dengan waktu jeda 10-12 jam. Jeda makan bisa diselingi camilan sebagai pengganjal rasa lapar, tanpa mengacuhkan kebutuhan nutrisi harian.
Perut yang tidak terlalu lapar mencegah kebiasaan asal makan, lapar mata, atau memilih hidangan cepat saji yang mengandung terlalu banyak gula, garam, dan lemak. Bila dilaksanakan dengan rutin, frekuensi makan yang teratur membantu tubuh tetap sehat dan bertenaga setiap hari. Secara umum, kebutuhan harian pada pria dewasa adalah 2.500 kalori dan 2.000 kalori pada perempuan dewasa.